Rabu, 04 Maret 2009

LIDAH...kecil tapi berbahaya!

Masa pacaran kami memang sangat singkat hanya sekitar 3 – 4 bulan, tetapi kami sudah cukup saling mengenal satu sama lain. Kami merasa cocok dan bisa saling mengerti dalam berbagai sudut yang hanya dipahami kami berdua. Karena kecocokan inilah kami memutuskan untuk menikah pada 6 Desember 2008. Keluarga ko2 semuanya berada di Jakarta, mereka menginginkan pemberkatan di gereja mereka sekaligus resepsi dari pihak mempelai pria. Keluargaku pun setuju, tidak ada masalah dengan hal ini. Kami juga merencanakan adanya resepsi di Semarang karena mempertimbangkan teman-temanku yang semuanya ada di Semarang, kenalan dan relasi kedua orangtuaku yang kebanyakan juga di Semarang, dan tentu saja saudara-saudara dari keluargaku kebanyakan tinggal di Semarang.

Malam tanggal 5 Desember 2008, aku tidur bersama mama. Inilah malam terakhir aku berada bersama kedua orangtuaku karena setelah besok, aku tidak lagi berada di bawah perlindungan orangtuaku, tetapi ko2 lah yang menjadi orang utama dalam hidupku. Aku susah tidur beberapa jam karena nyeri di perut akibat datang bulan yang kualami tanggal 4 Desember. Akhirnya jam 11:30 aku mulai terlelap hingga pagi. Aku berangkat ke salon pukul 4:30 pagi. Aku dan mama tidak mempedulikan udara dingin dan mata yang masih mengantuk. Selesai make up, aku langsung kembali ke hotel dan melakukan upacara temon (bertemunya mempelai pria dan wanita) dan sederet acara lainnya sampai pukul 18:15 aku dan ko2 menyelesaikan rangkaian acara pernikahan kami hari itu.
Kami tidak punya kesempatan honeymoon sebagaimana pasangan yang telah menikah karena kami berdua masih disibukkan meeting perusahaan di Lembang, Jawa Barat. Meeting berlangsung 11 Desember – 17 Desember. Mungkin teman-teman bertanya apakah kami ditempatkan sekamar?? Tidak! Kami harus berpisah kamar, dan setelah meeting selesai kami disibukkan dengan pekerjaan kami dan segala urusan pernikahan yang belum beres.
Tanggal 27 Desember 2008 kami kembali bersiap-siap untuk resepsi di Semarang. Kami gembira dapat berbagi kebahagiaan dengan teman-temanku juga seluruh keluargaku di Semarang. Sungguh pesta yang terlupakan bagi kami, terutama bagiku pribadi karena setelah pesta ini berakhir, aku harus berpisah dengan teman-temanku dan juga segenap keluargaku.
Resepsi terakhir diadakan di Medan, 11 Januari 2009. pesta yang semarak dan menyenangkan. Acara pernikahan yang sangat panjang dan melelahkan ini berakhir juga dan kami sempat berlibur di Danau Toba. Keajaiban penciptaan Tuhan yang luar biasa walaupun banyak orang menceritakan legenda terjadinya Danau Toba.
Pada bulan Januari aku tidak datang bulan, pada bulan Februari pun belum padahal sudah tanggal 6. Akhirnya kami memutuskan untuk periksa ke dokter kandungan. Betapa senangnya kami melihat melalui USG ada janin yang terbentuk dalam rahimku. Janin kecil yang manis dalam proses pembentukan berusia sekitar 7 minggu. Dalam perjalanan pulang, kami berdua menangis dalam keheningan mobil. Kami tidak pernah menyangka akan secepat ini dipercaya Tuhan menjadi wakilnya. Aku segera berbagi dengan orangtuaku, saudara-saudaraku, dan teman-teman dekatku di Semarang.
Kabar seputar kehamilanku merebak di gereja tempatku mengembangkan diri dan menempa diri menjadi seorang Lydia selama kurang lebih 13 tahun. Kabar yang tersiar adalah Lydia pacaran cepat, menikah buru-buru karena mungkin ada “sesuatu” dan hamil sebelum menikah. Akhirnya melarikan diri ke Medan karena malu.
Teman…
Ini tidak hanya menghancurkan hatiku tetapi juga menghancurkan kedua orangtuaku. Bagaimana mereka bisa berpikir dan berkata-kata seperti itu. Aku berusaha menjaga setiap perkataanku, gurauanku, ceplosan kata-kataku agar aku tidak melukai hati orang lain, tetapi luka yang sekarang ada dalam hatiku sangat pedih dan cukup membuat aku patah semangat.

Aku menikah memang karena “sesuatu”, yaitu CINTA.
Apakah tidak mungkin seseorang menikah dan langsung dipercaya Tuhan untuk menjadi walinya?? Kami malah bersyukur karena Tuhan begitu cepat mempercayakan kepada kami janin yang harus kami jaga dan rawat baik-baik.
Berkata-kata itu sangat mudah, tetapi memperkatakan sesuatu yang dapat menjadi berkat atau berhikmat itulah yang membutuhkan kebijaksanaan.
Dengan lidah yang sama, kita dapat memberkati orang, tetapi dari lidah yang sama kita juga dapat mengutuk orang lain.
Dengan lidah kita bisa menambah usia seseorang, tetapi dengan lidah yang sama kita juga dapat membunuh orang lain.
Dengan lidah kita dapat memberi semangat orang lain, tetapi dengan lidah yang sama kita dapat mencelakakan orang lain.
Dan mungkin juga orang lain itu adalah orang yang paling kita kasihi.

“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,…” (Yakobus 3 : 5, 8&9)

Lidah yang digunakan dengan hikmat Allah, dapat mendatangkan berkat yang besar bagi hidup kita.

2 komentar:

  1. gak usah peduliin omongan yg gak bener cay.. yg penting kita gak berbuat salah di mata Tuhan

    anjing menggongong, kafilah berlalu.. right?? :p

    *hug-hug*

    BalasHapus
  2. setuju ama sist Lydia... lidah emang benda paling berbahaya didunia.. :)

    BalasHapus